LARUTAN ASAM DAN BASA
Teori-teori
Asam dan Basa
Asam
Basa Arrhenius
1. Teori
Asam Basa
Istilah asam dan basa
sudah dikenal oleh masyarakat ilmiah sejak dulu. Istilah asam diberikan kepada
zat yang rasanya asam, sedangkan basa untuk zat yang rasanya pahit.
Pada
1777, Lavoisier menyatakan bahwa oksigen adalah unsur
utama dalam senyawa asam. Pada 1808, Humphry Davy menemukan
fenomena lain, yaitu HCl dalam air dapat bersifat asam, tetapi tidak mengandung
oksigen. Fakta ini memicu Arrhenius untuk
mengajukan teori asam basa.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat
melepaskan ion H+ di dalam air sehingga
konsentrasi ion H+ dalam air meningkat.
Basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH– di dalam air
sehingga konsentrasi ion OH– dalam air meningkat.
Contoh
senyawa yang tergolong asam dan basa menurut teori Arrhenius adalah sebagai
berikut:
· Asam:
HCl, HNO3, dan H2SO4. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan terurai membentuk
ion H+ dan ion negatif sisa asam.
· Basa:
NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan dan Al(OH)3. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan
terurai membentuk ion OH– dan ion
positif sisa basa.
Menurut
teori Arrhenius, rumus kimia asam harus mengandung atom hidrogen (H+) dan rumus kimia basa harus mengandung gugus
hidroksil (OH–).
2. Larutan
asam, basa dan netral
Sesungguhnya
air murni itu dapat terionisasi, tetapi konsentrasinya sangat kecil, yaitu
sekitar 1 × 10–7 M. Berdasarkan
penyelidikan, dapat diketahui bahwa ionisasi air bersifat endoterm dan
berkesetimbangan. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O(l)
–> H+(aq) + OH-(aq)
Tetapan
kesetimbangan ionisasi air dapat ditulis sebagai berikut.
Kc
= [H+][OH-]/[H2O]
Karena
air adalah zat murni, konsentrasi air tidak berubah dan dapat dipersatukan
dengan tetapan kesetimbangan sehingga persamaan tetapannya menjadi:
Kw
= [H+][OH-]
Tetapan
kesetimbangan ini disebut tetapan ionisasi air, dilambangkan dengan Kw.
Pada
25°C, nilai Kw = 1,0 × 10–14 dan pada 37°C nilai Kw = 2,5 × 10 –14. Dengan kata
lain, ionisasi air bersifat endoterm. Berdasarkan nilai Kw, konsentrasi ion H+ dan ion OH– dalam air dapat
dihitung. Misalnya:
[H+]
= [OH–] = x maka
Kw =
[x] [x] = 1,0 × 10–14, atau x = 1,0 ×10–7
Jadi,
konsentrasi ion H+ dan OH– hasil ionisasi air pada 25°C masing-masing
sebesar 1,0 × 10–7. Jika dalam larutan terdapat
konsentrasi molar ion H+ sama dengan konsentrasi molar ion OH–, yakni [H+] = [OH–], larutan tersebut dinyatakan bersifat netral
(serupa dengan air murni). Menurut Arrhenius, suatu larutan bersifat asam jika
konsentrasi H+ dalam larutan meningkat.
Artinya, jika dalam larutan terdapat [H+] > [OH–], larutan bersifat asam. Sebaliknya, jika dalam
larutan [H+] < [OH–], larutan
bersifat basa.
Derejat
Keasaman Asam dan Basa
Derajat
kekuatan asam atau basa dari suatu larutan dapat dihitung dari nilai pH atau pOH. Di Kelas X,
Anda telah mengetahui bahwa larutan ada yang bersifat elektroli kuat,
elektrolit lemah, dan nonelektrolit. Demikian juga zat-zat yang bersifat asam
atau basa memiliki derajat kekuatan asam basa yang berbeda.
Suatu
larutan digolongkan asam kuat jika memiliki daya hantar listrik kuat (larutan
elektrolit kuat) dan nilai pH rendah (konsentrasi molar ion H+ tinggi). Sebaliknya, jika daya hantar listrik
lemah dan nilai pH sedang (sekitar 3–6), larutan tersebut tergolong asam lemah.
Demikian juga larutan basa dapat digolongkan sebagai basa kuat jika memiliki
daya hantar listrik kuat dan pH sangat tinggi. Jika daya hantar listrik lemah
dan nilai pH sedang (sekitar 8–11), larutan tersebut tergolong sebagai basa
lemah. Mengapa larutan asam atau basa memiliki kekuatan berbeda untuk
konsentrasi molar yang sama? Semua ini dapat dijelaskan berdasarkan pada
konsentrasi molar asam atau basa yang dapat terionisasi di dalam pelarut air.
Banyaknya
zat yang terionisasi di dalam larutan disebut derajat ionisasi (α). Nilai α dapat
ditentukan dari persamaan berikut.
α = jumlah mol zat
terionisasi / jumlah mol zat mula-mula x 100%
Derajat ionisasi
menyatakan kekuatan relatif asam atau basa dalam satuan persen. Jika nilai
α≈100%, digolongkan asam atau basa kuat, sedangkan jika nilai α < 20%,
digolongkan asam atau basa lemah.
1. Asam
Kuat dan Basa Kuat
Asam
kuat adalah zat yang di dalam pelarut air mengalami ionisasi sempurna (α 100%,)
Di dalam larutan, molekul asam kuat hampir semuanya terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam. Contoh asam kuat
adalah HCl, HNO3 dan H2SO4
Sama
halnya dengan asam, zat yang di dalam larutan bersifat basa dapat digolongkan
sebagai basa kuat dan basa lemah berdasarkan kesempurnaan ionisasinya. Basa
kuat adalah zat yang di dalam air terionisasi sempurna (α 100%,)
sedangkan basa lemah terionisasi sebagian.
2. Asam
Lemah dan Basa Lemah
Asam
lemah adalah senyawa yang kelarutannya di dalam air terionisasi sebagian,
sesuai derajat ionisasinya. Mengapa asam lemah terionisasi sebagian?
Berdasarkan hasil penyelidikan diketahui bahwa zat-zat yang bersifat asam
lemah, di dalam larutan membentuk kesetimbangan antara molekul-molekul asam
lemah dengan ion-ionnya.
Contohnya,
jika asam lemah HA dilarutkan dalam air, larutan tersebut akan terionisasi
membentuk ion-ion H+ dan A–. Akan tetapi pada waktu bersamaan ion-ion
tersebut bereaksi kembali membentuk molekul HA sehingga tercapai keadaan
kesetimbangan. Persamaan reaksinya:
Karena
HA membentuk keadaan kesetimbangan, pelarutan asam lemah dalam air memiliki
nilai tetapan kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah
dinamakan tetapan ionisasi asam, dilambangkan
dengan Ka. Rumusnya sebagai berikut
Dalam larutan asam
lemah, semua Hukum-Hukum Kesetimbangan yang sudah Anda pelajari, berlaku
di sini. Nilai tetapan ionisasi asam tidak bergantung pada konsentrasi awal
asam lemah yang dilarutkan, tetapi bergantung pada suhu sistem.
Jika
nilai tetapan ionisasi asam diketahui, konsentrasi ion H+ dan ion sisa asam lemah dapat ditentukan.
Perhatikan reaksi kesetimbangan asam lemah HA dengan konsentrasi awal misalnya,
[C] M. Oleh karena HA adalah asam monoprotik, [H+]=[A–]
Pada rumus tersebut,
konsentrasi awal HA dianggap tidak berubah atau konsentrasi HA yang terionisasi
dapat diabaikan karena relatif sangat kecil dibandingkan dengan konsentrasi
awal HA.
Basa lemah adalah
basa yang terionisasi sebagian. Sama seperti pada asam lemah, dalam larutan
basa lemah terjadi kesetimbangan di antara molekul basa lemah dan ion-ionnya.
Keadaan kesetimbangan suatu basa lemah, misalnya BOH dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Tetapan
kesetimbangan basa lemah atau tetapan ionisasi basa dilambangkan
dengan Kb. Besarnya tetapan ionisasinya sebagai berikut.
Untuk basa monovalen
berlaku hubungan seperti pada asam lemah. Rumusnya sebagai berikut.
Hubungan
Derejat Ionisasi dan Tetapan Ionisasi
Bagaimana
hubungan antara tetapan ionisasi asam lemah (Ka) dan derajat
ionisasi (α)? Hubungan ini dapat dinyatakan dengan diagram kesetimbangan
berikut.
Jika
konsentrasi HA mula-mula C dan terionisasi sebanyak a, konsentrasi HA yang
terionisasi sebanyak aC. Adapun konsentrasi HA sisa sebanyak C(1–a). Oleh
karena HA merupakan asam monoprotik maka konsentrasi H+ dan A– sama
dengan HA terionisasi, yakni aC. Dengan demikian, tetapan ionisasi asamnya
sebagai berikut.
Hubungan
antara tetapan ionisasi basa lemah monovalen (Kb) dan derajat
ionisasinya (α) sama seperti pada penjelasan asam lemah. Tetapan ionisasi
basanya sebagai berikut.
Penentuan
pH Asam dan Basa
Konsentrasi
ion H+ dan ion OH– hasil
ionisasi air sangat kecil maka untuk memudahkan perhitungan digunakan notasi pH
dan pOH. Notasi pH menyatakan derajat keasaman suatu larutan. Dan pOH sebagai negatif logaritma
konsentrasi molar ion OH pH didefinisikan sebagai
negatif logaritma konsentrasi molar ion H Dalam bentuk
matematis ditulis sebagai:
Jika
Anda melarutkan HCl 0,1 mol ke dalam air sampai volume larutan 1 liter,
dihasilkan larutan HCl 0,1M. Berapakah pH larutan tersebut? Derajat keasaman
atau pH larutan ditentukan oleh konsentrasi ion H+ sesuai
rumus pH = –log [H+] Untuk mengetahui konsentrasi
H + dalam larutan perlu diketahui seberapa besar
derajat ionisasi asam tersebut.
HCl
tergolong asam kuat dan terionisasi sempurna membentuk ion-ionnya:
sehingga dalam larutan HCl 0,1 M terdapat [H+]
= [Cl–] = 0,1 M.
Disamping
itu, air juga memberikan sumbangan ion H + dan OH
sebagai hasil ionisasi air, masing-masing sebesar 1,0 × 10–7 M

Jika
konsentrasi H+ hasil ionisasi air
dibandingkan dengan konsentrasi H+ hasil
ionisasi HCl, sumbangan H+ dari air
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Apalagi jika ditinjau dari prinsip Le Chatelier, penambahan ion H+ (HCl) ke dalam air akan menggeser posisi kesetimbangan
air ke arah pembentukan molekul air.

Dengan
demikian, pH larutan HCl 0,1M hanya ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dari HCl.

Basa kuat seperti
NaOH dan KOH, jika dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna dan bersifat
elektrolit kuat. Persamaan ionnya:

Berapakah
pH larutan basa kuat NaOH 0,01 M? Untuk mengetahui hal ini, perlu ditinjau
spesi apa saja yang terdapat dalam larutan NaOH 0,01M Oleh karena NaOH adalah
basa kuat maka dalam larutan NaOH 0,01 M akan terdapat [Na+] = [OH–] = 0,01 M.
Disamping itu, ionisasi air juga memberikan sumbangan [H+] = [OH ] = 1,0 × 10-7M. Penambahan ion OH (NaOH) ke dalam air akan
menggeser posisi kesetimbangan ionisasi air sehingga sumbangan OH– dan H+ dari air
menjadi lebih kecil dan dapat diabaikan. Dengan demikian, perhitungan pH
larutan hanya ditentukan oleh konsentrasi ion OH– dari NaOH
melalui hubungan pK = pH + pOH.

1. Perhitungan
pH Asam Lemah dan Basa Lemah Monoprotik
Seperti
telah diuraikan sebelumnya, konsentrasi ion-ion dalam larutan asam lemah
ditentukan oleh nilai tetapan ionisasi asam (Ka).

Untuk asam
monoprotik, pH larutan asam lemah dapat ditentukan dari persamaan berikut.

Demikian
juga untuk basa lemah, konsentrasi ion OH dalam larutan basa lemah ditentukan
oleh tetapan ionisasi basa (Kb).

Untuk
basa monovalen, pH larutan basa lemah dapat dihitung dari persamaan berikut.

2. Perhitungan pH Asam dan Basa Poliprotik
Apakah
yang dimaksud dengan asam poliprotik? Asam-asam seperti H2SO4, H2CO3, H2C2O4, dan H3PO4 tergolong asam poliprotik. Berdasarkan contoh
tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa asam poliprotik adalah asam
yang dapat melepaskan lebih dari satu proton (ion H+).Di
dalam air, asam-asam tersebut melepaskan proton secara bertahap dan pada setiap
tahap hanya satu proton yang dilepaskan. Jumlah proton yang dilepaskan
bergantung pada kekuatan asamnya. Untuk asam-asam kuat seperti H2SO4, pelepasan
proton yang pertama sangat besar, sedangkan pelepasan proton kedua relatif
kecil dan berkesetimbangan. Asam-asam lemah seperti H2CO3pelepasan proton
pertama dan kedua relatif kecil dan berkesetimbagan.Tinjaulah asam lemah
diprotik, misalnya H2CO3 . Di dalam
air H2CO3 terionisasi
membentuk kesetimbangan. Persamaannya:

Oleh
karena ada dua tahap ionisasi maka ada dua harga tetapan kesetimbangan,
ditandai dengan Ka1 dan Ka2,
dimana Ka1 >> K a2. Beberapa
asam poliprotik dan tetapan ionisasinya ditunjukkan pada tabel berikut.

Asam
Basa Bronsted-Lowry
Teori
asam basa Arrhenius berhasil menjelaskan beberapa senyawa asam atau basa, tetapi
teori tersebut masih memiliki keterbatasan, diantaranya senyawa asam dan basa
hanya berlaku di dalam pelarut air, pembentukan ion H+ atau OH– adalah
ciri khas asam basa. Jika dalam suatu reaksi tidak membentuk ion H+ atau OH–, reaksi tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai reaksi asam atau basa.
1. Teori
Asam Basa Bronsted-Lowry
Fakta
menunjukkan, banyak reaksi asam basa yang tidak melalui pembentukan ion H+ atau OH–, misalnya reaksi
antara HCl(g) dan NH3(g). Persamaannya:

Menurut Arrhenius, reaksi HCl dan NH3 dalam fasa gas
tidak dapat dikategorikan sebagai reaksi asam basa karena tidak membentuk ion H+ dan OH–, padahal kedua
senyawa itu adalah asam dan basa. Akibatketerbatasan teori Arrhenius, pada
1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan teori asam basa
berdasarkan transfer proton (ion H+).
Menurut
Bronsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan
basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor
proton.
Proton
(ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat
pada molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki
pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi
dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya:

Teori
asam-basa Bronsted-Lowry dapat diterapkan terhadap reaksi HCl dan NH3. Dalam
fasa gas, HCl dan NH3+ tidak terionisasi karena
keduanya molekul kovalen yang tergolong reaksi asam basa. Pada reaksi tersebut,
molekul HCl bertindak sebagai donor proton (asam), dan molekul NH3 bertindak sebagai akseptor proton (basa).
Menurut Bronsted-Lowry, reaksi asam basa yang melibatkan transfer proton
membentuk keadaan kesetimbangan. Contoh reaksi antara NH3 dan H2O, arah panah
menunjukkan bahwa proton menerima pasangan elektron bebas dari NH3, dan ikatan N–H terbentuk. persamaan reaksinya
sebagai berikut.

Reaksi
ke kanan, NH3 menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa
dan H2O adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4+ donor proton terhadap OH–. Oleh sebab itu, ion NH4+adalah basa dan ion OH– adalah
asam. Spesi NH3 dan NH4+ berbeda
dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+ melalui pengikatan proton sedangkan ion
menjadi NH4+, NH3 melalui pelepasan proton. Spesi NH4+ dan NH3 seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.
Pasangan
konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa,
satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton.
Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugat dari basa, sedangkan basa adalah
basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat dari NH3 dan NH3 adalah basa
konjugat dari NH4+.Menurut
Bronsted-Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah kebalikannya. Jika suatu
senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya adalah basa lemah. Kekuatan asam
basa konjugat dapat digunakan untuk meramalkan arah reaksi asam basa. Suatu
reaksi asam basa akan terjadi jika hasil reaksinya merupakan asam lebih lemah
atau basa lebih lemah. Dengan kata lain, reaksi akan terjadi ke arah
pembentukan spesi yang lebih lemah.

Beberapa
reaksi tertentu mempunyai sifat reaksi asam-basa, tetapi tidak cocok dengan
teori Bronsted-Lowry maupun teori Arrhenius. Misalnya, reaksi antara oksida
basa Na2O dan oksida asam SO3 membentuk garam
Na2SO4. Persamaannya:

Menurut Lewis, konsep asam dan basa secara umum mencakup
reaksi oksida asam dan oksida basa, termasuk reaksi transfer proton.
Menurut
Lewis, asam adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari spesi lain membentuk ikatan kovalen
koordinasi. Basa adalah spesi yang
bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas kepada spesi lain membentuk ikatan kovalen koordinat.
Reaksi
Na2O dan SO3 melibatkan reaksi ion oksida, yaitu O2- dari padatan ionik Na2O dan gas SO3.Reaksinya sebagai berikut.


Pada
reaksi di atas, Na2O bertindak sebagai donor pasangan elektron bebas (basa) dan
SO3sebagai akseptor pasangan elektron bebas (asam).
Tinjau reaksi antara NH3 dan BF3. Reaksi ini
merupakan reaksi asam basa menurut Lewis. Persamaan reaksinya:

Dalam
reaksi tersebut, BF3 bertindak sebagai akspetor pasangan elektron bebas (asam)
dan NH3 sebagai donor pasangan elektron bebas (basa).
Dibawah
ini terdapat beberapa video yang dapat dimanfaatkan untuk memantapkan pemahaman
mengenai larutan asam dan basa
Indikator
Asam dan Basa
Untuk mengetahui
apakah sebuah zat bersifat “asam” atau “basa”, dapat ditentukan dengan
menggunakan suatu indikator. Indikator yang biasa digunakan terbagi menjadi 2
golongan, yaitu indikator tunggal dan indikator universal. Contoh indikator
yang sering digunakan adalah kertas lakmus dan larutan indikator.
Indikator
Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
· Lakmus
merah dan biru
Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam, dan akan berubah warna menjadi biru bila dicelupkan ke dalam larutan basa.
Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan akan berubah warna menjadi merah bila dicelupkan ke dalam larutan asam.
Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam, dan akan berubah warna menjadi biru bila dicelupkan ke dalam larutan basa.
Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan akan berubah warna menjadi merah bila dicelupkan ke dalam larutan asam.

Beberapa contoh zat
yang dinilai dengan indikator lakmus merah dan biru

· Fenolftalein
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah.
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah.
· Metil
jingga
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil jingga.
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil jingga.
· Metil
merah
Larutan metil merah sama dengan larutan metil jingga
Larutan metil merah sama dengan larutan metil jingga
· Bromtimol
biru di
dalam larutan asam akan berwarna kuning, dalam larutan basa akan berwarna biru,
dan di dalam larutan netral akan berwarna biru kekuningan.
Indikator
Universal
Indikator Universal
dapat membedakan larutan asam dan basa serta mengetahui harga pHnya. Indikator
Universal dapat dalam bentuk cairan maupun kertas. Cara kerja indiator ini
adalah dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator pada tabel warna
indikator universal .
